Jumat, 21 April 2017

Sejarah RA Kartini, Wanita berpikiran maju di zamannya


Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau bangsawan Jawa.[2] Ia putri dari RM Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.[2] Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama.[2] Ibunya M.A. Ngasirah, putri Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.[2] Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit.[2] Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.[2]Ayah Kartini mulanya seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[3], maka ayahnya menikah lagi dengan RAWoerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura.[2] Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.[2] Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Surat Kartini - Rosa Abendanon Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman korespondensi dari Belanda. Salah satunya Rosa Abendanon yg banyak mendukungnya. Dari buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki 3istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak 5x, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman.
Tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat berisi keluhan menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan menjadikaum muda Eropa. Ia menggambarkan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal dep. pengajaran Belanda sudah membuka pintu bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku. Perubahan pemikiran ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.
Ada kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini. Ada dugaan J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan saat itu, merekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli surat tak diketahui keberadaannya. Menurut almh. Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon pun sukar untuk dilacak Pemerintah Belanda.
Penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga agak diperdebatkan. Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini saja, namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawanwanita Indonesia lainnya, seperti Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu,Dewi Sartika dll.dan wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja dan Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Sikapnya yang pro terhadap poligami juga bertentangan dengan pandangan kaum feminis tentang arti emansipasi wanita. Pihak yang pro mengatakan bahwa Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional; artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah melingkupi perjuangan nasional.
Kematian Kartini yang mendadak juga menimbulkan spekulasi negatif bagi sebagian kalangan. Efatino Febriana, dalam bukunya “Kartini Mati Dibunuh”, mencoba menggali fakta-fakta yang ada sekitar kematian Kartini brkesimpulan, kalau kartini mamang mati karena sudah direncanakan. Sitisoemandari dalam buku "Kartini, Sebuah Biografi", menduga bahwa Kartini meninggal akibat permainan jahat dari Belanda yg ingin agar Kartini bungkam dari pemikiran-pemikiran majunya yang ternyata berwawasan kebangsaan. Ketika Kartini melahirkan, Dr van Ravesten,bhasil menolong dengan selamat. Selama 4 hari pascamelahirkan, kesehatan Kartini baik-baik saja. Ketika Ravesten akan pulang, Kartini dan Ravesten menyempatkan minum anggur sebagai tanda perpisahan. Setelah minum anggur itulah, Kartini langsung sakit dan hilang kesadaran, hingga akhirnya meninggal dunia. Sayang, saat itu tak ada autopsi. pihak keluarga menerima peristiwa itu sebagai takdir. Sementara di era sekarang para dokter berpendapat Kartini meninggal karena mengalami preeklampsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Namun hal ini juga tidak bisa dibuktikan karena dokumen kematian Kartini tidak ditemukan

Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau Kartinistraat merupakan salah satu jalan utama, berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, Agostinho Neto.

  • Venlo: Di Venlo Belanda Selatan, R.A. Kartinistraat berbentuk 'O' di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanita Anne Frank dan Mathilde Wibaut.
  • Amsterdam: Di wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
  • Haarlem: Di Haarlem jalan Kartini berdekatan dengan jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir

  • dikutip dr https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini

    Ingiiin sekali sejak bbrp hr yg lalu mbaca lagi sejarah ttg Kartini dr buku terbita Balai Pustaka yg diberikan ayahku dulu. Tapi bhubung mcarinya mbutuhkan waktu, aku teringat sejarah Kartini yg pernah kubaca dr Wikipedia bbrp th yg lalu....tnyata isinya msh sama...saat dulu mbcnya pikiranku seolah mengembara...meraba jaman Kartini msh ada...foto2 dl wikiped mbantuku ikut hanyut dl pmikiran dan kemauan Kartini muda..yg mnrku di usia belianya ia sgt mengagumkan...Menguasai bhs asing, pikirannya sgt terbuka, berani cerdas dan mampu memanfaatkan kemampuan dan relasinya untuk ide2 dan keinginannya.....sungguh seorang wanita yg pantas mjd idola....
    Keputusan Kartini pd akhirnya utk menerima pernikahan dan tdk jd mlanjutkan sekolah di Batavia juga patut dihargai...kr menurutku, berbakti kpd orangtua itu juga penting (ingat ridho Allah itu jg ridho orangtua) dan bmanfaat buat org lain jg banyak caranya, tmasuk yg dipilih Kartini dg mgadakan sekolah wanita yg jg didukung suami itu juga sgt baik....Jadi Kartini juga seorang anak yg bbakti kpd ortunya dan jg mjd contoh seorang istri yg bbakti kpd suaminya...sebuah perpaduan ygsempurna...dr seorang wanita yg bpikiran maju di jamannya.....
    Semoga makin menginspirasi seluruh wanita di Indonesia....

    btw...penasaran pengin nonton film RA Kartininya Hanung Bramantyo....scr ada dian sastro dan settingnya bener2 suasana jadul....nonton yuks teman...

    Kamis, 13 April 2017

    Purwokerto : Goa Jatijajar

    Setelah H1 wisata ke Baturraden (klik sini), Hari ke-2 wisata Pwkrto, jam 8 pg kami siap mnj Benteng Van der Wijk, Goa Jatijajar (klik sini), Pantai Jetis dan Dusun Kd.Duren, Sokaraja. Dijemput bulek dg 2 mikrobusnya, rombongan pemadam api yg cantik muanizzz  begini kenampakannya...


    Benteng Van Der Wijck merup Kantor Kongsi Dagang VOC di Gombong. Besarnya kekuatan Diponegoro yg berpusat di Bagelen Selatan (Kebumen) pada 1825 - 1830, mengakibatkan Belanda mendatangkan bala pasukan VOC dr Batavia dan menempati kantor ini. Tempat tersebut kemudian dijadikan pertahanan militer Belanda (http://www.bentengvanderwijck.com/). Pada 1844 dibangunlah pertahanan di bekas kantor Kongsi Dagang VOC ini dan selesai 1848 dan diberi nama Fort Cochius diambil dari nama LetJen Frans David Cochius, komndan di Gombong pada masa perang Diponegoro. Benteng dibangun oleh Zeni Belanda dari 1400 buruh. 1200 orang berasal dari Bagelen, sisanya berasal dari Banyumas. Para buruh dibayar 15 sen/hari, sedangkan pengawas 1 florin/hari. bahan bangunan seperti kalsit dan kayu berasal dari Bagelen.
    Benteng berbentuk persegi 8, dengan tinggi 10m dan luas 7.168 m2. Dindingnya setebal 1,4 m. Terdiri dari 2lantai, lantai 1 memiliki 4 pintu masuk dan 16 kamar besar, (berukuran 18m x 6,5m), 27 kamar berbagai ukuran, 72 jendela, 63 pintu penghubungkan, 8 tangga menuju ke lantai 2, dan 2 tangga darurat. Di lantai 2 terdapat 70 pintu penghubung, 84 jendela, 16 kamar besar (berukuran 18m x 6,5m), 25 kamar kecil dan 4 tangga menuju ke atap. Benteng ini memiliki atap piramida yang terbuat dari bata merah, dalam bentuk bukit2 kecil dengan 2 lubang ventilasi di atap. Atap berukuran 3m x 3m x 1,5m. Ada dua jenis pintu, pintu utama dan pintu yang mengarah ke kamar. 4Pintu utama berukuran 3,25m x 3m sedangkan pintu kamar masing - masing berukuran 2,3m x 2,1m.

    Pada 1856 benteng berubah mjd Pupillenschool (Sekolah Taruna Militer) untuk anak - anak eropa yang lahir di Hindia Belanda dan berubah menjadi benteng Forth Van Der Wijck atas jasanya. Presiden Ke-2 RI Soeharto pernah bersekolah di Bintara KNIL (Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger) di Gombong tahun 1940. Beliau prajurit teladan dan dalam waktu sgt singkat, naik pangkat mjd sersan. Ketika Jepang datang, Soeharto mjd sukarelawan Keibuho, Kepolisin Jepang. Kemudian pindah ke PETA, beliau mencapai pangkat Shodancho, komandan pleton.

    Selanjutnya benteng dimanfaatkan beberapa Batalyon, diantaranya :
    1. Pada 1950 -1964 : Batalyon Sudarmo/Brigade 10 dari Pekalongan, Batalyon Borus (bekas anggota KNIL dari Medan), Batalyon 411 dr Yogyakarta, Batalyon 439
    2. Batalyon 406 kurun waktu 1964 -1975
    3. Pada 1975-1984 : 1kompi senapan A. Batalyon 406 dan 1kompi Batalyon Zeni Tempur dari Magelang
    4. Tahun 1984: TNI AD yang bertugas di Secata A sampai bulan Oktober 1998.
    Pmugaran Benteng Van Der Wijck dilaksanakan 05 Okt2000 oleh KSAD Jendral Tyasni Sudarto. Sejak 28 Des 2000 Benteng dibuka untuk umum meskipun belum selesai tahap renovasinya. Karena ada di lingkungan Obyek Wisata Sejarah dan lingkungan SECATA (Sekolah Calon Tamtama) Kodam IV Diponegoro, kini benteng selain obyek wisata sejarah, juga dikembangkan mjd hotel wisata utk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar Benteng Van Der Wijck.

    Tiket masuk saat ini adalah tiket terusan sebesar Rp25 rb (meliputi tiket benteng, kolam renang dan kereta wisata). Saat kami ke benteng, sedang ada wisuda tamtama pd 26Maret17.





    Gua Jatijajar adalah sebuah situs geologi di Kabupaten Kebumen.
    Gua yang keseluruhannya terbentuk dari kapur ini memiliki panjang 250 meter, dari pintu masuk sampai keluar dengan.lebar rata-rata 15 meter, dan tinggi rata-rata 12 meter (Wikipedia). Gua ditemukan pada tahun 1802 oleh seorang petani bernama Jayamenawi yang memiliki lahan pertanian di atasnya. Saat itu Jayamenawi jatuh kesebuah lubang yang ternyata merup.ventilasi di langit2 gua. Lobang ini bdiameter 4m dan tinggi dari tanah yang berada dibawahnya 24m. Kemudian Bupati Ambal yg mendatangi goa, menjumpai 2pohon jati tumbuh berdampingan sejajar pada tepi mulut gua. itulah asal penamaan Gua Jatijajar. Setelah tanah yang menutupi dibongkar dan dibuang, ditemukanlah pintu gua yang sekarang menjadi pintu masuk.
    Di dalam Gua terdapat Stalagmit dan danTiang Kapur (Stalagtit dengan Stalagmit yg menyambung kr aktivitasnya yg cepat). Fenomena ini terbentuk dari endapan tetesan air hujan yang sudah bereaksi dengan batuan kapur yang ditembusnya. Pembentukan Stalagtit setebal 1cm mumnya membutuhkan waktu 1th. Batu-batuan yang ada di Gua Jatijajar merupakan batuan yang sudah tua sekali. karenanya di muka Gua Jatijajar dibangun patung Dinosaurus. Dari mulut patung itu keluar air dari Sendang Kantil dan sendang Mawar, yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pengairan sawah desa Jatijajar dan sekitarnya.

    Dr parkiran kendaraan, kami mnj loket dg tiket Rp7.500/org. Kami disambut Goa sgt besar di seb,loket..pasukan merah sgr menyerbu dan wefie ria..






    suasana di dlm gua....its amazing

    di dpn goa

    Lantai goa sudah diplester dan sebag.dilapisi batuan serta tangga yg memudahkan pengunjung. Kami wefie tak henti2 mengagumi keindahan batuan dlm goa sambil menjelajahinya...sampai kami tiba di mulut gua..
    Hj. Suyadi & ibu Nurkholis
    Dan ini kenampakan stl dr dalam goa....Aku lalu melihat rambu petunjuk Goa Jatijajar mnj arah selanjutnya ??? Kok???...Oalah.....jadi ini baru goa pembuka saja...:) Goa Jatijajar sesungguhnya tnyata msh hrs menempuh taman rekreasi yg kami lalui dg bjalan kaki sekitar 15' sj dg santai...Sampai kami jumpai pintu Tirto Ciptoroso....sebuah kolam yg bayak anak2 yg bsedia terjun ke dlm kolam mengambil koin yg kita lempar ke kolam....



     Dinosaurus ala Kebumen....

    Adem sekali sekitar kolam ini....tapi rasa penasaran membuat kami sgr meneruskan naik ke bagian atas dan sampailah kami di undakan yg cukup tinggi...yg di bwhnya bayk pedagang K5 sbg tempat isi amunisi menyusuri tanjakan curam ini....Bbrp pengunjung sepuh berhenti sd sini tdk sanggup naik....kami sj generasi 40 ngos2...he..2x
    mnj tanjakan
     Stl mll tanjakan curam....sampailah kami di muka Goa Jatijajar.......
    Megah sekali goa ini.. sama spt goa pembuka tadi, lantainy diplester dan dilengkapi lampu penerang dan patung2 legenda lutung kasarung. Dinding & langit2 goa spt ini batuannya...

    Yg unik dinding goa byk dijumpai vandalism...hem..dasar orng2 ga tahu mjaga keindahan!! mau marah nih....

    Namun stl diperhatikan tulisan2 itu...kok nama2 belanda dan ejaan namanya pakai ejaan lampauu ya teman?...terus....tahun penulisannya jg ada yg tahun 1900an ??...?? terdorong rasa ingin tau, aku tanyakan para fotografer keliling yg byk dlm goa. Trnyata vandalism tsb memang sjk jaman belanda dr para pengunjung goa yg ingin meninggalkn jejaknya di goa. Di salahsatu dinding, fotografer mnunjukkan tulisan ongkos menulis sbesar 0,25 sen pada dinding goa!! pantas...bentuk huruf dan tulisannya rapi dan teratur....
    Nah..yg jd pertanyaan slanjutnya adalah... bagaimana saya bs minta dituliskan namanya juga ? Tnyata kata bp fotografer, "sdh ndak ada mbak" "Lha knapa pak??? "karna dulu itu Tanah dasar goa yg kita injak ini belum digali sampai setinggi ini mbak. Jadi dahulu biarpun memakai tangga utk menulis dinding goa tapi ketinggiannnya blum spt skr mbak" "Ooo.......kalau gitu skr lebih indah dan megah goanya ya pak. Karna ktinggian goa jd terlihat stl penggalian tanah. Kira2 brp ketinggian langit2 goa dahulu pak ?". "mungkin hanya 2-3m  mbak"
    Ya sudhlah...ga bhasil mengukir namaku di gua, yg penting jatijajar sll terukir di hatiku sbg salah 2 gua karst selain Gua Pindul...cie..
    Lanjut mgeksplor gua...begini bbrp penampakan di dalamya....


    sbg obyek wisata alam yg besar...Goa Jatijajar tdk lepas dr legenda Lutung Kasarung dr Ker. Pajajaran..?? kok ?? iya.. karena waktu itu sebag. kecil Kebumen merup. wilayah kekuasaan Prabu Silihwangi.. So..di dlm goa diramaikan patung diorama legenda ini..


    Stalaktit ini brukuran sgt besar!! hampir menyamai patung2 ini yg dibuat seukuran manusia normal.. bbrp batuan kering dan hanya sedikit yg msh basah, Ini berarti tinggal sedikit batuan yg msh aktif terbentuk stalaktit/mit nya ....


      Ini ada stalaktit bulat yg maha besar temans.....yg tdp di dlm goa yg keren pokoke.....speechless deh..


    Saat mjelahaji sampailah kami di sendang mawar....suatu aliran sungai bwh Tanah (bagian dr fenomena morfologi daerah karst) yg konon kalau kita mcuci muka kita di sendang ini, akan mbuat awet muda..(buktiin aj)..saat ini berhub msh akhir musim phujan, aliran air sgt deras dan tampak bbahaya teman.. tdk ada pengunjung yg cuci muka..takut kanyut :)
    mnj Sendang mawar mll lubang menurun mnj pinggiran kali yg licin di pojok kiri pd gb. ini

    Di dalam Gua Jatijajar terdapat 7 (tujuh) sungai atau sendang, tetapi yang bs dicapai dengan mudah hanya 4sungai al: Sungai Puser Bumi, Sungai Jombor, S.Mawar, S. kantil.
    Untuk sungai Puser Bumi dan Jombor konon airnya bkhasiat untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing2. Sedangkan Sungai Mawar konon airnya bhasiat bisa awet muda. Adapun Sendang kantil jika airnya untuk cuci muka atau mandi, maka niat/cita-citanya akan mudah tercapai. Pada saat ini yang telah dibangun baru Sendang Mawar dan Sendang Kantil, Sedangkan Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi masih alami dan masih belum ada penerangan serta licin...



    Sendang Kantil yg juga alirannya sedang deras2nya ...tdk ada yg memanfaatkn airnya saat itu...kami hanya mengabadikannya...indah dg pantulan warna hijau dr lampu  skitarnaya..
    Dan sampailah kami di akhir Goa Jatijajar lalu keluar sampai di tangga2 curam tadi yg byk PKLnya tadi..Jalan keluar selanjutnya bs lewat pasar seni atau kembali mlalui kolam ciptoroso tadi...
    Alhamdulillah 1 lg ciptaan Allah bs kami nikmati kali ini...Indonesia TOOB!!
    Goa Jatijajar.....Kami blum puas mjelajahimu.....tunggu kami kembali.....


    Legenda Lutung Kasarung di balik Goa Jatijajar (http://wisatakebume.blogspot.co.id)
    Prabu Siliwangi mempunyai tiga Orang Putra dan Satu Orang Putri, ke-3 Putera dan Seorang Puteri ini dia peroleh dari dua Orang Permaisurinya. Dari permaisuri yang pertama Ia mendapatkan 2putra yaitu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar yg sjk kecil Ibunya telah meninggal. Prabu Siliwangi akhirnya menikah lagi dengan permaisuri yang kedua, Ia mengadakan sebuah perjanjian, bahwa jika kelak Ia mempunyai putra dari Dewi Kumudaningsih, maka putranyalah yang harus menggantikannya mjd raja di Pajajaran. Dari perkawinannya dengan Dewi Kumudaningsih, Prabu Siliwangi mempunyai seorang putra dan seorang putri, yaitu Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
    Suatu hari Prabu Siliwangi memanggil putra mahkotanya Banyak Cotro dan Banyak Blabur untuk menghadap, maksudnya ialah Prabu Siliwangi akan mengangkat putranya untuk menggantikan menjadi Raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut usia. Namun dari kedua putra mahkotanya belum ada satupun yang mau diangkat menjadi Raja di Pajajaran. Sebagai putra sulungnya Banyak Cotro mengajukan beberapa alasan, antara lain alasannya adalah: untuk memerintah di Kerajaan Pajajaran Dia belum siap, karena belum cukup ilmu dan Banyak Cotro belum menikah. Banyak Cotro mengatakan bahwa Dia baru akan menikah kalau sudah bertemu dengan seorang Putri yang parasnya mirip dengan paras mendiang Ibunya. Oleh sebab itu Banyak Cotro meminta ijin pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencari Putri yang menjadi idamannya.
    Kepergian Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran melalui Gunung Tangkuban Perahu adalah untuk menghadap seorang Pendeta yang menjadi pertapa yang berdiam di sana. Pendeta itu tidak lain adalah Ki Ajar Winarong, seorang pendeta sakti yang tahu bagaimana agar keinginan Banyak Cotro mempersunting putri yang di idam-idamkannya dapat tercapai. Setelah berhasil bertemu dengan Ki Ajar Winarong, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Banyak Cotro. Yaitu dia harus
    memakai pakaian rakyat biasa. Dan menyamar dgan nama Arya Kamandaka. 
    Arya Kamandaka mulai berjalan selama berhari-hari dari Tangkuban Perahu menyusuri ke arah timur hingga sampailah Arya Kamandaka di wilayah Kadipaten Pasir Luhur. Arya Kamandaka sampai di wilayah Kadipaten Pasir Luhur, betemu dengan Patih di Kadipaten Pasir Luhur, Patih Reksonoto. Karena Patih Reksonoto sudah tua ditambah lagi dia tidak mempunyai anak, maka Arya Kamandaka  dijadikan anak angkat oleh Patih Reksonoto. Patih Reksonoto sangat mencintainya.
    Waktu itu yang memerintah di Kadipaten Pasir Luhur adalah Adipati Kanandoho ygmempunyai putri yang kesemuanya sudah bersuami terkecuali puterinya yang bungsu yaitu Dewi Ciptoroso. Ketika Arya Kamandaka melihat Dewi Ciptoroso,mempunyai wajah sangat mirip dengan mendiang Ibunya. Segeralah Arya Kamandaka tersadar bahwa dia telah menemukan apa yang dicarinya selama Ini.
    Setiap tahun di Kadipaten Pasir Luhur selalu diadakan upacara menangkap ikan di Sungai Logawa. semua anggota keluarga Kadipaten Pasir Luhur beserta pjabat pemerintah turut menangkap ikan di Kali Logawa. Pada waktu Patih Reksonoto pergi mengikuti upacara menangkap ikan di Kali Logawa, Arya Kamandaka secara diam-diam mengikutinya dari belakang. Arya Kamandaka dapat bertemu langsung dengan Dewi Ciptoroso dan mreka berdua saling jatuh cinta. Dewi Ciptoroso meminta agar Arya Kamandaka pada malam harinya datang untuk menjumpai Dewi Ciptoroso di taman kaputren .
    Keberadaan Arya Kamandaka di taman kaputren , ternyata diketahui oleh para prajurit kadipaten, hal ini kemudian dilaporkan oleh kepala pasukan kepada Adipatih Kandandoho. Adipatih sangat marah dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap penyusup tersebut. Namun karena kesaktian yang dimiliki oleh Arya Kamandaka, maka Arya Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Arya Kamandaka masih sempat mengatakan identitasnya. Bahwa Ia adalah anak angkat Patih Reksonoto yang bernama Arya Kamandaka.
    Patih Reksonoto pun dipanggil dan diminta harus menyerahkan putranya Arya Kamandaka. Namun dengan siasat dari Patih Reksonoto, maka Arya Kamandaka berhasil lari dan selamat dari pengejaran para prajurit. Arya Kamandaka terjun kedalam sungai dan terus menyelam mengikuti arus air sungai. Oleh Patih Reksonoto dan para prajurit, dilaporkan bahwa Arya Kamandaka sudah mati didalam sungai. Mendengar berita ini Adipatih Kanandoho merasa lega dan puas. Dewi Ciptoroso sangatlah sedih. Arya Kamandaka terus menyelam mengikuti arus sungai hingga bertemu dengan seorang yang bernama rekajaya yang sedang memancing di Sungai. Arya Kamandaka dan Rekajaya kemudian menjadi teman baik dan menetap di Desa Panagih. selama di Desa ini Arya Kamandaka kembali diangkat anak oleh Mbok Kertosuro, seorang janda miskin yang hidup di Desa tersebut.
    Arya Kamandaka menjadi seorang penggemar Adu Ayam. Mbok Kertosuro mempunyai seekor Ayam Jago yang dia beri nama mercu. Ia selalu menang. Nama Arya Kamandaka menjadi sangat terkenal dikalangan pebotoh Ayam. Hal ini akhirnya sampai juga ke telinga Adipatih Kanandoho, mengetahui kalau Arya Kamandaka belum mati membuatnya sangat marah dan murka. Adipatih Kanandoho kemudian memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Arya Kamandaka baik hidup atau mati.
    Pada saat itu datanglah seorang pemuda tampan yang mengaku dirinya bernama Silihwarni, yg bkeinginan mengabdikan diri kepada Adipati Pasir Luhur.  Untuk membuktikan kalau Arya Kamandaka telah berhasil dibunuh maka Ia harus membawa darah dan hati Arya Kamandaka.
    Silihwarni ternyata hanyalah sebuah nama samaran, Silihwarni bukan lain adalah Banyak Ngampar putra Prabu Siliwangi yang adalah adik kandung dari Banyak Cotro atau Arya Kamandaka. Silihwarni oleh Ayahnya ditugaskan untuk mencari Banyak Cotro saudara kandungnya sudah lama pergi dan belum kembali, Ia dibekali oleh ayahnya dengan pusaka keris Kujang Pamungkas sebagai senjatanya dan dalam menyamar Ia memakai nama Silihwarni dan berpakaian seperti rakyat biasa. Karena Silihwarni mendengar kabar bahwa kakaknya berada di wilayah Kadipaten Pasir Luhur, maka Ia pun pergi kesana.
    Ditempat inilah kedua kakak beradik ini bertemu, namun keduanya sama - sama sudah tidak saling mengenal lagi, Terjadilah pertarungan sengit antara Arya Kamandaka dan Silihwarni, tanpa disadari oleh Raden Kamandaka tiba-tiba Silihwarni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan Keris Kujang Pamungkasnya. Luka goresan keris itu menyebabkan darah mengalir dengan derasnya. Namun lagi - lagi Arya Kamandaka dapat meloloskan diri dari bahaya, tempat itu pun kemudian diberi nama Desa Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya. Ketika luka Arya Kamandaka semakin mengeluarkan darah, Iapun memutuskan untuk beristirahat sebentar disuatu tempat, maka tempat itu dinamakan bancaran. Larinya Arya Kamandaka terus dikejar oleh Silihwarni dan prajurit kadipaten. Sampai suatu tempat Arya Kamandaka berhasil menangkap Anjing pelacaknya dan kemudian tempat itu di beri nama Desa Karang Anjing. 

    Arya Kamandaka terus berlari kearah timur dan sampailah pada sebuah jalan buntu dan tempat ini Ia beri nama Desa Buntu. Akhirnya Arya Kamandaka sampai disebuah goa. Didalam goa Ini Arya Kamandaka beristirahat dan bersembunyi dari Kejaran Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar akhirnya kehilangan jejak sampai di goa tempat Arya Kamandaka beristirahat, kemudian Silihwarni berseru menantang Arya Kamandaka. Mendengar tantangan Silihwarni, Arya Kamandaka pun menjawab dan Ia mengatakan identitasnya yang sebenarnya, bahwa Ia adalah putra dari Kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro. Silihwarnipun mengatakan identitasnya bahwa Ia juga adalah putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama banyak ngampar. demikian kata-kata Ayang pengakuan antara Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah putra Pajajaran. Kemudian mereka berdua berpelukan dan saling memaafkan, goa itu akhirnya diberi nama GOA JATIJAJAR.

    Namun karena Silihwarni harus pulang dan membawa bukti hati dan darah Arya Kamandaka, maka dibunuhnyalah Anjing pelacak kemudian dipotong diambil darah dan hatinya, sebagai bukti bagi Adipati Kanandoho kalau itu adalah hati dan darah Arya Kamandaka yang berhasil dibunuhnya. Arya Kamandaka kemudian bertapa di dalam Goa Jatijajar dan mendapat petunjuk bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau Ia sudah mendapat pakaian lutung dan Arya Kamandaka disuruh supaya mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur dan menetap di hutan Batur Agung, sebuah hutan sebelah barat daya dari Batu Raden.
    suatu hari adipatih dan semua keluarganya pergi berburu, tiba-tiba bertemulah dngan seekor Lutung Akhirnya di tangkaplah Lutung tersebut hidup-hidup. Sewaktu Lutung itu akan dibawa pulang, tiba-tiba datanglah Rekajaya dan mengaku bahwa Lutung itu adalah Lutung peliharaannya, dan mengatakan bersedia membantu merawatnya jika Lutung itu akan dipelihara di Kadipaten Pasir Luhur. Dan permohonan Rekajaya itu pun dikabulkan oleh sang adipati.
    Setelah sampai di Kadipaten Pasir Luhur, para putri saling berebut ingin memelihara Lutung tersebut. Selama itupula Lutung tersebut tidak mau dikasih makan oleh siapapun juga. Akhirnya oleh Adipati Pasir Luhur, Lutung tersebut disayembarakan. Isi sayembara itu adalah barangsiapa dari para puterinya yang dapat memberi makan sang Lutung, maka dialah yang berhak memelihara Lutung tersebut. Dalam sayembara itu ternyata makanan yang diterima oleh Lutung tersebut hanyalah makanan yang diberikan oleh Dewi Ciptoroso. Maka Lutung Kasarung itupun menjadi peliharaan Dewi Ciptoroso. Pada malam hari Lutung Kasarung alias Arya Kamandaka tersebut berubah wujud aslinya menjadi Arya Kamandaka. Pada siang hari Ia berubah lagi kembali menjadi Lutung Kasarung. Maka keadaan Dewi Ciptoroso kini menjadi sangat gembira dan bahagia, yang selalu ditemani Lutung Kasarung alias Arya Kamandaka yang dicintainya.

    Pada suatu hari ada seorang penguasa dari Nusa Kambangan bernama Prabu Pule Bahas menyuruh patihnya untuk meminang Dewi Ciptoroso. Atas permintaan dari Lutung Kasarung, maka pinangan Raja Pule Bahas agar supaya diterima saja. Namun dg syarat dalam pertemuan para calon pengantin nanti, maka Lutung Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciporoso. Pada waktu pertemuan  berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh Lutung Kasarung yang mendampingi Dewi Ciptoroso. Hal ini menyebabkan Raja Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung yang memang telah siap bertarung melawan Raja Pule Bahas. Pertarungan yang terjadi antara Raja Pule Bahas melawan Lutung Kasarung terjadi sangat seru. Namun karena kesaktian Lutung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur setelah dicekik dan digigit oleh Lutung Kasarung. Ketika Raja Pule Bahas telah gugur, Lutung Kasarung pun kemudian menjelma menjadi Arya Kamandaka dan langsung mengenakan pakaian kebesaran kerajaan pajajaran dan mengatakan bahwa namanya yang sebenarnya adalah Raden Banyak Cotro. Kini Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui kalau Arya Kamandaka adalah Raden Banyak Cotro dan adalah Lutung Kasarung putra mahkota dari Kerajaan Pajajaran, akhirnya Ia dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso.
    Karena Raden Kamandaka sudah cacat terkena Keris Kujang Pamungkas sewaktu bertarung melawan adiknya yang menyamar sebagai Silihwarni, maka dia tidak dapat lagi menggantikan ayahandanya menjadi Raja di Pajajaran. Karena tradisi Kerajaan Pajajaran, bahwa setiap putra mahkota yang akan menggantikan posisi raja tidak boleh cacat terkena pusaka Kujang Pamungkas. Sehingga setelah Ia dinikahkan dengan Dewi Ciptoroso, Arya Kamandaka menjadi Adipatih di Pasir Luhur menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak Blabur adiknya.

    Itulah kisah Lutung Kasarung, yang sebenarnya cerita tersebut terjadi di wilayah Jawa Tengah tepatnya di Banyumas, karena Kerajaan Pasir Luhur berada di sekitar wilayah Purwokerto. Kebetulan Goa Jatijajar ada dalam cerita tersebut. Pada waktu itu Wilayah Gombong sampai dengan Sungai LukUlo menjadi kekuasaan Kerajaan Pajajaran, sedang sebelah timur Sungai LukUlo termasuk kota Kebumen menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit